Senin, 23 Juli 2018

Sore bersama Pak Zun

"Jadi apa kabar Iman Hari ini ?" Tanya Pak Zun. Rambut putihnya disisir rapih dan mengkilap. Senyum lebar dan sorot matanya menunjukkan ketulusan.

Aku tersenyum simpul sambil membenahi jilbabku. Tanganku sedikit bergetar sambil mencengkram Tumblr ungu ditangan kiriku.

'Jadi apakabar mu?" Duhai hati yang kotor dan suka mengeluh. Tanyaku pada diri sendiri.

Hari ini aku mengeluh lagi, tentang mereka yang sok tahu. Tentang mereka yang tak membantu. Tentang mereka yang merasa paling hebat.

"Alhamdulillah baik Pak," balasku sambil mengigit gerahamku. Tanda berbohong. Pikiranku melayang pada dua hari yang sia-sia, dadaku yang sesak Karena fitnah orang.

'I used to ignore it, tapi aku capek ngalah terus' kata hatiku. Dia teriak-teriak dan jadi busuk Karena terlalu sering jadi tempat sampah.

Pak Zun kemudian menanyakan tentang program tahfidz quran yang sedang aku lalui sekarang. Kami pun ngobrol panjang lebar tentang kelas tahfidzku.

Seketika hati yang hampir busuk karena dua hari memeram amarah itu teringat Rasa bahagia dihari pertama bisa punya guru lagi setelah satu setengah tahun mencari.

"Dihari itu Pak, saking bahagianya aku mau menangis kataku"

"Allah mempertemukan dengan guru yg baik sekali"

Pak zul menimpali, "Allah gak tidur mbak.. Allah tau usaha Kita".

'tuh kan, ngapain coba kamu sampe busuk gini'. Jawabannya sangat simpel, Allah gak tidur. Kami di dzolimin ? Berdoa. Berdoa yang banyak dan nangis, keluh kesah sama Allah. Siapa yang bisa bantu kamu ? Allah. 

Langit, menunjukkan ronanya. Waktu berputar. Hari berganti. Manusia tetap sama. Kemudian hatimu? Entahlah. Kecuali kamu mau menepis sedu sedan itu, dan mengiangkan sebuah kalimat sakti yang akan membuatmu tetap lapang dada Dan menghentikan pembusukan yang ada. Those words are be patient with gracious patient' (70:5)

Kemudian aku melambaikan tangan keudara.