Minggu, 11 April 2021

Yang lagi hitz dibahas di twitter

Childfree or not (Punya anak atau enggak)? Ini lagi dibahas di twitter seru banget rame, dan yang lebih kocaknya lagi gua sama temen gua sebelum booming thread ini habis telponan berjam-jam ngebahas ini.. karena dia adalah salah satu orang yang pengen childfree atau ngga punya anak nantinya kalau udah nikah. 

Nah, gua mau sharing nih hasil diskusi antara gua dan temen gua sekaligus pandangan gua sendiri tentang punya anak.

Pertama, everyone had their own opinion

Kalau gua pribadi berfikir bahwa mau punya anak atau engga itu hak masing-masing orang sebenernya. Jadi kalau temen gua bertanya 'Gua gak mau punya anak, apakah gua aneh?" Gua jawab "Ya itu hak elu, elu yang bakal lahirin, elu yang menyusuin, elu yang besarin dan biayain.. that's solely your choice gitu."

Jadi pendapat gua pribadi jangan jadi kaum mendang-mending, karena kita ngga menanggung kehidupan orang lain. Ya, silahkan aja kalau misalnya mau childfree, toh dia juga ngga menyakiti orang lain dengan pilihannya. 

Paling kocak adalah, ada orang yang komentar:: Yaelah dia aja mandul makanya bilang gitu. Padahal, belum tentu. Dan kalau ada orang yang memang dikasih cobaan mandul beneran apa ngga dia sedih membacanya? Seolah-olah ngga punya anak membuat dia kurang dan tidak utuh, padahal kalau menurut gua nggak sama sekali. Ya itu bagian dari takdir.. kalau ngga bisa punya anak, mau punya anak bisa adopsi.. kalau mau tetep childfree ya nggak masalah juga.

Kalau pendapat gua, ada atau ngga ada anak.. kamu masih utuh.. kamu utuh, dan kamu sama berharganya kok dengan orang lain.

Kalau dalam islam sendiri, apakah punya anak wajib? Nggak coy, mana ada. Cuma dibilangin kalau anak yang soleh adalah investasi akhirat (karena doanya akan jadi tabungan orang tuanya(, tapi kalau merasa gak perlu ya terserah juga toh Allah itu Maha Adil. Bahkan di surat attaghabun kalau ngga salah Allah bilang kalau anak itu cobaan buat kamu. Ya kalau Allah emang nggak kasih anak, kan itu juga ketetapan Allah (misalnya mandul tadi) dan ngga pernah membuat elu atau siapapun lebih hina gitu dimata Allah.

Kedua, punya anak untuk apa?

Punya anak, buat apa? Pernah ngga sih mikir gini.. kalo gua, sering. Karena yang didepan mata gua sering banget itu kematian, jujur aja wakakak (dasar si aneh), makanya gua selalu berfikir kalau nanti gua lahiran terus meninggal pas lahiran gimana? Guanya sih enak mati syahid, anak gua entar gimana,  Ada Allah sih yang jagain, tapi tetep itu adalah sebuah resiko kan. Walaupun, nyebrang jalan meninggal ya bisa juga sih.. yelah ah udah fantasy gua kemana-mana.

Banyak orang yang kalau menurut gua belum melakukan manajemen resiko dalam memiliki anak, karena apapun itu akan datang dengan resiko

Jadi kalaupun orang mau punya anak, menurut gua pribadi, mereka harus secara sadar sudah paham apa resikonya, apa konsekuensinya, apa tujuannya? Tujuan boleh beda-beda, terserah aja tapi sekali lagi.. akan ada resiko dari tujuan dimana ada penyimpangan, yang ngga sesuai dengan apa yang diharapkan. 

Orang tua ini dalam arti adalah : bapak dan ibuk. Jangan ibuk doang.

Kalau kata gua sebenernya yang bikin keruh adalah 'ekspektasi' sih, yang biasanya akan ada setelah tujuan itu ditetapkan.

Misalnya ekspektasi dan keyakinan bahwa anak akan menjadi safety net, investasi, penjaga, tropi, apapun itu. Atau ekspektasi bahwa anak akan menjadi lucu atau jadi pengikat keluarga (yang bisa jadi enggak loh, dan ya itu emang resikonya). 

Di dunia ini ngga ada yang pasti, kecuali kematian.

Misalnya ekspektasi dan keyakinan yang paling sering itu gini punya anak, ntar biar kalau tua ada yang jagain. 

Gimana kemudian misalnya kemudian anaknya meninggal duluan, atau berkebutuhan khusus ketika dilahirkan, jadi kita yang menjaga.. atau misalnya dia ingin hidup di negara lain yang asing, atau misalnya dia durhaka dan ngga mau lihat kita lagi. Apakah kemudian menjadi tidak mau menerima? Kalau kita udah sadar tujuannya, dan paham apa konsekuensinya. Jadi konsepnya nggak gitu.

Well, no expectation, pretty please.

Ekspektasi itu menurut gua, memperkeruh suasana.. Baik orang tua, maupun anaknya. Orang tuanya stress karena anaknya gak seperti yang diharapkan, anaknya juga stress karena dia gak bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya. Depresi terus muncul dimana-mana.

Walaupun di dalam islam kita kenal bahwasanya sebelum ditiupkan itu kita ada perjanjian di langit, nggak ada satupun sih yang ingat, jadi mendingan ngga usah berkespektasi. Kasih yang terbaik, tanpa meminta apapun in return, atau unconditional love sih seharusnya.

Jadi buat apa ya?

Kalau ini, pendapat gua sendiri cuma ada 1 alasan kenapa punya anak (kalau nanti dikasih), alasannya adalah ya .. anak investasi akhirat. Makanya harus dididik betul-betul jadi anak yang soleh.. dan orang tuanya juga harus siap kasih contoh yang baik. Otherwise, I have no expectation on you, whatever yang penting anak gua nanti berusaha menjadi muslim yang baik (berusaha ya, karena baik atau engganya gatau cuma Allah yang tau). 

Karena tidak ada logika apapun yang bisa masuk "kenapa kamu harus punya anak?" Kecuali anak itu investasi akhirat, suer

Secara ekonomi logika manusia, ya rugi. Ada yang bilang hei, jangan hitung-hitungan rejeki Allah yang mengatur. Iya betul, tapi kayak di thread twitter tadi kamu bisa menghabiskan itu uang (+-3M) untuk diri kamu sendiri atau investasi yang pasti. Kalau by logic nya manusia, ya rugi.. Ini kamu habiskan ke sesuatu yang istilahnya kamu ngga tau akan jadi apa dan gimana di masa depan. Belum tentu berbakti, kalau nantinya durhaka? wahaha kan bisa aja..

Secara psikologis logika manusia, rugi juga. Pernah denger ibu kena depresi pasca melahirkan atau kena sindrom baby blues? Banyak, yang suicidal bahkan sama anaknya dibunuh juga, banyak. Belum lagi mom-shamming karena ngga mengikuti 'standar' orang ramai misalnya pakai susu formula bukan ASI, lahiran caesar bukan normal.. gembrot habis melahirkan dianggap ngga bisa merawat diri terus kemudian suaminya selingkuh.. Banyak. Psikologis orang baru melahirkan, apalagi ibu penuh ketakutan kalau anaknya kenapa-kenapa. Pas anaknya gede, penuh dengan kenakalan remaja.. ngga jarang ibu kita nangis diam-diam karena kelakuan kita.. Bahkan sampe sekarang mungkin sejadahnya penuh airmata, karena khawatir akan kita.. Psikologisnya kena, seumur hidup. There is no turning back. 

Banyak lagilah ya pokoknya dimana orang tua itu rugi. HAHAHA. Saya juga berfikir kalau lagi futur mungkin saya salah satu investasi bodong orang tua saya.. Jadi makanya harus senantiasa berusaha biar nggak jadi investasi bodong! Iya kita harus berusaha jadi beruang anak yang soleh.

Kalau kalian mau berfikir dengan jernih dan tajam, ngga ada, sungguh alasan logika manusia yang masuk akal. Robbi habli minashalihin, itu doa yang harus terus dipanjatkan. Call me outdated dan inklusif, tapi saya sudah merenung dan ngga ada alasan masuk logika selain anak itu investasi akhirat, bolehlah kita usahakan buat gambling.. 

Terus kalau nanti dia ngga jadi soleh gimana kar? Yaudah, kita kan yang penting udah ngedidik dia dengan agama dan ngedoain terus, kewajiban kita udah luntur.. 

Terus soal dirawat dimasa tua gimana kar? Sudah jangan berekspektasi, jaga kesehatan dari sekarang jadi kalau pas renta masih bisa bersih-bersih sendiri, buat lapangan usaha dan investasi yang banyak jadi pensiun bisa bayar orang untuk merawat (kalau umurnya panjang).. nenek saya dulu juga tinggal sendiri agak lama kok karena anaknya 8 merantau semua.. sampai akhirnya tante saya balik ke Solo, jadi banyak anak juga ngga pernah menjamin kalau kamu akan dekat dengan anak.

Soal uang

Duit itu kalo bilang jumlah gak akan cukup, kecuali Allah yang nyukupin.. 

Intinya kalau menurut gua mau jadi orang tua, ngga jadi orang tua kita harus berdaya. Yang penting usaha, ngga berlebihan dan carinya yang barokah aja pasti cukup kok.. Tapi ngga munafik harus berusaha yang terbaik dong! Kita ngga bisa menggantungkan hidup dari menang lotre. Ingat, manusia itu harus tawakkal dan salah satu komponennya selain doa adalah usaha. Jadi kalau punya anak terus bilang inget anak udah ada rejekinya terus diem-diem aja sambil gegolaeran ngga kerja, sama aja boong, ngga bakal nyampe rejekinya.

Tapiii kalau kata gua jangan ngejudge orang yang bilang harus punya duit dulu baru punya anak.. karena kebanyakan mereka punya banyak trauma masa kecil karena dulu pengen gini gitu tapi orang tua kondisinya ngga punya (baik uang atau ilmu misalnya). Yaudah gapapa, kumpulin uang dulu aja, kalau mau childless/childfree pilihan masing-masing.. Kalau mau spend buat diri sendiri atau ortu ya juga gapapa.. Pilih yang menurut kalian paling wise, karena itu uang kalian dan kalian yang akan ngejalaninnya. 

Gua pribadi sendiri ada 1 penyesalan kalau boleh dibilang, yang gua gak mau banget nanti ke anak gua terulang.. Yaitu adalah jarang ke dokter gigi. Sumpah, gua suffer banget karena kondisi rahang dan gigi gua.. Itu akibat pada saat kecil ngga pernah ke dokter gigi.. Gua sampe dihadapkan dengan kondisi nantinya akan harus implan titanium (yaampun ini tersedih sih) buat gigi gua yang udah pada hilang akibat penumpukan di akar dimana gigi gua saling gerus. Jadi ntar gua kalo punya anak gua baka seret dia ke dokter gigi walaupun dia nangis-nangis menggelinjang. Gua gak mau dia kayak gua.

Okeh, sekian pembahasannya...

Buat netizen jangan saling beradu ya..

Mau ada anak, ngga ada anak.. kalian perfect, dan saling menghormati pilihan masing-masing adalah yang terbaik karena hidup kita masing-masing...


3.5 D

Seperti sebuah prophercy